Perlawanan terhadap Portugis, Spanyol, VOC – Pada kesempatan ini admin Pengertian Belajar akan berbagi tentang Reaksi Bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, VOC) . Kedatangan
bangsa Eropa ke berbagai wilayah di Indonesia mengundang beragam
reaksi. Ada yang mau menerima dan bekerja sama, ada pula yang justru
mengadakan perlawanan.
Reaksi Indonesia terhadap Bangsa Eropa
Perlawanan kebanyakan dipimpin oleh penguasa lokal yang terdesak kepentingan politik dan ekonominya.
a. Perlawanan terhadap Portugis
Upaya
perlawanan pertama terhadap kehadiran Portugis dilakukan oleh para
penguasa Aceh Sultan Mahmud, Pate Kadir, Alaudin tahun 1511–1537.
Penguasa Jepara dan Demak juga 1513 hingga 1575 seperti Adipati Unus
juga melawan Portugis dengan menyerang pusat kedudukan mereka di Malaka.
Perlawanan terhadap Portugis juga dilakukan oleh penguasa lokal di
Maluku. Pada tahun 1512, Alfonso de Albuquerque mengirim ekspedisi ke
kawasan Maluku.
Kesamaan
kepentingan perdagangan menyebabkan kehadiran Portugis diterima dengan
baik. Perlawanan baru dilakukan setelah Portugis mulai mencampuri urusan
internal kerajaan dan terjadinya konflik agama. Ternate, Tidore,
Jilolo, dan Bacan adalah pusat-pusat penyebaran agama Islam, sementara
itu Portugis mengembangkan agama Kristen. Perlawanan mulai dilakukan
pada tahun 1530 setelah janda Sultan Bajangullah dan Taruwes bekerja
sama untuk menumpas bangsa Portugis. Rakyat juga memberontak kepada
Portugis pada tanggal 27 Mei 1531 dengan membunuh Panglima Portugis.
Pada tahun 1534 Ayalo yang didukung rakyat juga melakukan pemberontakan
terhadap Portugis di Ternate. Perlawanan juga dilakukan oleh Sultan
Hairun dari Ternate. Rakyat marah setelah Sultan Hairun tewas dibunuh
Portugis di dalam benteng Sao Paolo. Perjuangan kemudian dilanjutkan
oleh Sultan Baabullah dengan merebut benteng Sao Paolo.
Upaya
Portugis untuk memadamkan perlawanan rakyat dilakukan dengan mengirim
Galvao pada tahun 1536. Ayalo menderita luka parah sehingga para
pemimpin lokal terpaksa berdamai dengan Portugis. Kristenisasi yang
dilakukan Portugis pada tahun 1575 juga mendorong Baabullah untuk
melawan.
b. Perlawanan terhadap Spanyol
Kedatangan
bangsa Spanyol semula diterima dengan baik oleh para penguasa lokal,
Sultan Almansur dari Maluku. Hal ini karena sultan merasa dikesampingkan
oleh Portugis. Namun, kehadiran Spanyol diprotes oleh Portugis.
Alasannya hal itu merupakan pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas
yang dibuat pada tahun 1494.
Portugis
dan Spanyol pun terlibat konflik dan peperangan. Salah satu benteng di
Tidore yang dibangun Spanyol pada tahun 1527 diserang dan direbut
Portugis. Konflik segitiga antara Portugis, Spanyol, dan Maluku pun
pecah hingga beberapa tahun. Pada tahun 1529 Portugis dan Spanyol
membuat Perjanjian Saragosa yang menyatakan bahwa Maluku menjadi wilayah
perdagangan Portugis, sementara itu Spanyol mendapatkan Filipina.
c. Perlawanan terhadap VOC
Perlawanan
terhadap VOC dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Di Indonesia
bagian timur seperti Maluku dan Makassar perlawanan dilakukan sejak
tahun 1630–1800. Perlawanan dilakukan terhadap kepentingan VOC
berlangsung sampai dengan meninggalnya Kakiali (tokoh penggerak
perlawanan terhadap VOC di Hitu) pada tahun 1643.
VOC
memanfaatkan La Tenritatta to ‘Unru atau Arung Palakka (1634–1696) untuk
bisa menguasai Makassar. Meskipun penguasa Gowa memberikan otonomi yang
luas pada daerah-daerah yang dikuasainya, hal itu tetap menimbulkan
kebencian di kalangan daerah-daerah taklukan. Inilah yang mendasari
Bugis mau menerima ajakan VOC untuk menghancurkan Makassar (Gowa).
Sultan Hasanudin (1653–1669) akhirnya mengalami kekalahan pada tahun
1669, setelah digempur oleh pasukan VOC dengan sekutunya pasukan Bugis.
Arung Palakka pun menjadi orang terkuat yang menguasai Sulawesi Selatan
di bawah monopoli VOC.
Perlawanan
terhadap VOC di Jawa dilakukan oleh Kerajaan Mataram. Selama
pemerintahan Sultan Agung, awalnya memberikan keleluasaan pada VOC untuk
berdagang. VOC diberi izin mendirikan loji di Jepara. Namun, Mataram
kemudian menolak keberadaan VOC di Jawa. Upaya untuk melawan VOC di
Batavia dilakukan Sultan Agung tahun 1628–1629, tetapi mengalami
kegagalan.
Hal
yang sama dilakukan oleh Amangkurat I (1646–1677) sebagai pengganti
Sultan Agung. Keberadaan VOC pun masih sangat dibatasi dan VOC bisa
masuk ke wilayah Jawa dengan ditarik pajak. Bahkan pada tahun 1660
Amangkurat I menutup perdagangan dengan VOC karena VOC menyerang
Palembang. VOC berhasil menguasai Jawa setelah Amangkurat II menjadi
raja. Sejak saat itu, konflik berkepanjangan terjadi di antara sesama
elite Mataram. VOC berhasil mencampuri kekuasaan hingga memecah Mataram
menjadi empat kerajaan.
Itulah
beberapa contoh perlawanan rakyat kepada bangsa Eropa. Tentu masih
banyak reaksi dan perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap dominasi
bangsa Eropa.
Perlawanan terhadap Portugis, Spanyol, VOC
Reviewed by Herwandi
on
Februari 21, 2019
Rating: