Perkembangan Masyarakat Jawa Masa Kolonial – Pada kesempatan ini admin Pengertian Belajar akan berbagi tentang Perkembangan Masyarakat Jawa Masa Kolonial. Menurut
Raffles dalam bukunya History of Java, penduduk Jawa pada awal abad XIV
berjumlah 4.615.270. Dari jumlah itu 1,5 juta di antaranya hidup di
daerah kerajaan dan 3 juta ada di daerah yang langsung diperintah oleh
pemerintah kolonial. Pada awalnya mereka hidup dari sektor agraris yang
diusahakan secara tradisional.
Perkembangan Masyarakat Jawa Masa Kolonial
Teknologi yang
digunakan juga bersifat tradisional, dengan tingkat kebutuhan hidup
yang juga masih sederhana. Apa pengaruh kolonialisme itu bagi masyarakat
di Pulau Jawa?
Bidang Sosial Kemasyarakatan
Hubungan
masyarakat di Jawa pada masa prakolonial adalah abdi-bendara. Para
bendara dengan kekuasaan dan kedudukannya menguasai tanah dan
penduduknya. Dengan demikian, jasa dan hasil bumi harus diserahkan oleh
rakyat kepada penguasa kerajaan. Rakyat yang terorganisasi di dalam desa
secara berkala harus menyerahkan upetikepada kerajaan. Fenomena itulah
yang berhasil dibidik oleh kolonial Barat.
Untuk
menjalankan pemerintahannya di tanah jajahan, mereka menggunakan
perangkat-perangkat yang sudah ada. Para penguasa pribumi itu dijadikan
perantara untuk dapat mengeksploitasi rakyat. Inilah model indirect
rule(pemerintahan tidak langsung). Tanah dan tenaga rakyat berhasil
dikerahkan untuk melayani kepentingan kolonial melalui peran para
bupati. Berbagai macam pungutan diambil dari rakyat oleh bupati untuk
mencukupi kas kolonial.
Bidang Ekonomi
Akibat
adanya kolonialisme, kemakmuran di Jawa mulai melorot jatuh dan
kemiskinan mulai melanda. Ada beberapa faktor yang bisa dijadikan
penyebab:
- Pertumbuhan penduduk yang pesat mengakibatkan perbandingan antara jumlah penduduk dengan lahan tidak seimbang sehingga produksi justru semakin berkurang.
- Para petani tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk bekerja keras. Praktik sistem tanam paksa dan kerja rodi menyadarkan mereka bahwa kerja keras mereka hanya akan dinikmati oleh kolonial.
- Politik pemerintah kolonial yang menempatkan Jawa sebagai saka guru bagi kehidupan masyarakat Belanda. Sampai dengan abad XIX konsentrasi kolonial memang terletak di Jawa. Akibatnya, Jawa harus menanggung beban keuangan untuk daerah-daerah lain yang dikuasai Belanda. Termasuk di antaranya biaya perang kolonial harus dibebankan kepada penduduk Jawa.
- Sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk yang berpendapatan rendah. Apalagi pungutan pajak itu tidak adil karena orang Belanda yang memiliki perusahaan perkebunan justru tidak dikenai pajak.
- Krisis yang melanda perkebunan-perkebunan pada tahun 1885 sebagai akibat jatuhnya harga kopi, gula, dan tembakau di pasar dunia. Dampaknya para pengusaha perkebunan menekan upah buruh dan sewa tanah hingga serendah mungkin.
Bidang Politik
Jawa
pada pertengahan kedua abad XVII mengalami puncak krisis di bidang
politik. Tokoh-tokoh kuat kerajaan seperti Sultan Agung telah meninggal,
konflik intern, perebutan takhta, dan pemberontakan. Benih-benih
disintegrasi itu, selain menyebabkan merosotnya peran Mataram juga
memancing intervensi VOC ke Jawa semakin intensif.
Kekacauan
terjadi ketika pengganti Sultan Agung, yaitu Amangkurat I tidak mampu
mengatasi pemberontakan Trunojoyo tahun 1677. Mataram selanjutnya
dilanda krisis selama tujuh dasawarsa karena lemahnya kepemimpinan elite
istana dan campur tangan VOC. Perebutan takhta terjadi sejak Amangkurat
I hingga Paku Buwono III. Puncaknya terjadi ketika Jawa dibagi
menjadi dua bagian. Menurut Perjanjian Giyantiyang ditandatangani
pada tanggal 13 Februari 1755 oleh Paku Buwono III, VOC dan
Pangeran Mangkubumi, Mataram dipecah menjadi dua. Bagian timur di bawah
kekuasaan Paku Buwono III dengan ibu kota Surakarta. Bagian barat di
bawah kekuasaan Pangeran Mangkubumi dengan gelar Hamengku Buwono I
beribu kota di Yogyakarta.
Pembagian
Kerajaan Mataram itu sesungguhnya merupakan siasat Belanda. Mataram
tidak lagi sebagai kerajaan yang utuh sehingga mudah untuk diadu domba
dan dikuasai. Sebagai bukti, koalisi antara Mas Said dengan Mangkubumi
berhasil dipisah dan melalui Perjanjian Salatigatahun 1757, Mas Said
diakui VOC sebagai Mangkunegara I. Itulah kelicikan VOC dalam upaya
menaklukkan Jawa. Sisa-sisa pengaruh VOC di bidang politik itu hingga
kini masih bisa dilihat. Bisakah kamu menunjukkannya?
Perkembangan Masyarakat Jawa Masa Kolonial
Reviewed by Herwandi
on
Maret 14, 2019
Rating: