Cara Bangsa Eropa Mencapai Tujuan dan Reaksinya

Cara Bangsa Eropa Mencapai Tujuan dan Reaksinya – Pada kesempatan ini admin Pengertian Belajar akan berbagi tentang Cara-Cara Bangsa Eropa Mencapai Tujuan dan Reaksinya. Sebelum kedatangan VOC, Indonesia sudah terlibat dalam jaringan perdagangan internasional dengan sistem yang terbuka. Segala hal mengenai peraturan jual beli, proses penawaran, dan penentuan harga dilakukan secara transparan. Kegiatan ini sebagian besar dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Islam Indonesia dengan bangsa-bangsa asing melalui perantara Malaka. Jalur yang mereka gunakan adalah Malaka–Maluku dengan Laut Jawa sebagai urat nadinya. Di sepanjang jalur itu muncul pusat-pusat perdagangan dan bandar-bandar pelabuhan. Komoditas perdagangannya antara lain cengkih (dari Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan), pala (dari Banda), dan cendana (dari Solor dan Timor). Sementara itu, komoditas kain (dari Gujarat dan Benggali), beras (dari Jawa), serta lada (dari Banten dan Sumatra). Selama abad XVII dan XVIII Masehi, pengaruh VOC baik di bidang ekonomi maupun politik sudah tersebar di berbagai wilayah strategis Indonesia.

Cara Bangsa Eropa Mencapai Tujuan dan Reaksinya

Selama hampir dua abad VOC telah mengeruk keuntungan dari tanah Indonesia. Dalam melakukan kegiatannya VOC membuat kebijakan berupa hal-hal berikut:

a. Membangun Benteng Pertahanan

Semula untuk mengelola urusan dagangnya, VOC mendirikan factorijdi Maluku dan Banda. Selain untuk berunding dengan penguasa setempat, pos itu juga menjadi gudang dan permukiman para pedagang utama. Dalam perkembangan selanjutnya karena didesak oleh kepentingan dan konflik dengan penduduk Indonesia maupun saingan Eropa, pos itu berubah menjadi benteng pertahanan. Benteng itu mereka gunakan untuk mengawasi pusat perdagangan di sepanjang jalur pelayaran. Dengan begitu, mereka bisa memungut pajak, memonopoli pembelian dan penjualan rempah, mengendalikan penghasil rempah Maluku, bahkan bisa mengusir Portugis dan Spanyol keluar dari pusat-pusat perdagangan Asia. Bisakah kamu menunjukkan nama dan letak salah satu benteng Belanda di Indonesia?

b. Membuat Perjanjian dengan Para Raja

Salah satu kelihaian yang dimiliki oleh VOC adalah kemampuannya dalam bernegosiasi dan berdiplomasi dengan para raja di Nusantara. Namun, di balik kelihaian itu juga tersimpan kelicikan. Pada tahun 1637 armada VOC di bawah van Diemen berhasil diperdaya oleh persekutuan anti-VOC yang dipimpin Kakiali (murid Sunan Giri yang berasal dari Hitu). Persekutuan ini terdiri atas orang-orang Hitu, Ternate/Hoalmoal, dan Gowa. Maksud persekutuan ini adalah mendorong dilakukannya perdagangan rempah secara ’gelap’.
Secara lihai, VOC juga berhasil masuk di dalam kemelut yang melanda Kerajaan Mataram. Mereka mau mengakui Adipati Anom sebagai Amangkurat II yang sedang berperang dengan Trunojoyo untuk memperebutkan takhta Mataram. Sebuah kesepakatan akhirnya ditandatangani antara VOC dengan Amangkurat II pada tahun 1678. Isinya antara lain Amangkurat II diakui sebagai raja di Mataram, VOC mendapat pelabuhan Semarang dan hak-hak untuk berdagang, serta Mataram harus mengganti biaya perang yang dikeluarkan VOC. Sebuah pukulan yang telak bagi kerajaan terbesar di Jawa, yang membuatnya limbung. Oleh karena itu, setapak demi setapak, Mataram masuk dalam perangkap VOC. Bisakah kamu menunjukkan salah satu perjanjian yang dibuat VOC dengan seorang raja di Nusantara?

c. Monopoli Perdagangan

Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah monopoli. Itulah salah satu ciri khas VOC yang mereka terapkan di mana pun mereka berada. Mengapa mereka memiliki karakter semacam itu? Salah satu faktor kuncinya karena mereka mengacu pada RegeringsReglement(asas tujuan perkumpulan) yang dibuat tahun 1650. Apabila diringkas, isi asas itu antara lain melenyapkan semua persaingan dengan jalan apa pun juga asal tercapai maksudnya, serta membeli semurahmurahnya dan menjual semahal-mahalnya.
Pada tahun 1652–1653 VOC mengeluarkan kebijakan extirpatie yaitu pemusnahan semua pohon rempah Maluku dengan tujuan agar bisa mengendalikan hasil dan menjaga harga tinggi rempah di Eropa. Kebijakan ini mendapat reaksi dari para pedagang Nusantara dengan mengadakan ”perdagangan gelap”. Inilah yang membuat para direktur VOC menganjurkan untuk membinasakan penduduk Banda dan menggantinya dengan penduduk yang berasal dari pulau lain.
Dalam melakukan kegiatan monopolinya, VOC menerapkan beberapa aturan. Aturan-aturan tersebut sebagai berikut:
  • Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen. Hak jual beli hanya dimiliki VOC.
  • Panen rempah-rempah harus dijual kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC.
  • Barang kebutuhan sehari-hari, seperti peralatan rumah tangga, garam, dan kain harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC.

d. Devide et Impera

Kamu tentu sudah sering mendengar istilah devide et impera, yaitu salah satu politik VOC untuk dapat menguasai suatu wilayah dengan cara pecah belah lalu kuasai. Sebagai contoh konkret, VOC menggunakan keperkasaan orang-orang Bugis untuk menghadapi kerajaan lain di Indonesia. Misalnya Aru Palaka (Raja Bone) digunakan Belanda untuk melakukan intervensi ke Kerajaan Mataram di bawah Sultan Amangkurat I. Untuk menghadapi Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa tahun 1825–1830, Belanda menggunakan Legiun Mangkunegaran yang dibentuk tahun 1808 oleh Daendels dan Mangkunegoro II.
Itulah beberapa rangkaian kebijakan yang menjadi garis besar dari kehadiran VOC di Indonesia. Jelas terlihat bahwa VOC berhasil mengubah kondisi sosial ekonomi dan politis rakyat Indonesia. Apa dampak kolonialisme yang dijalankan VOC itu? Secara nyata jaringan perdagangan antarpulau yang telah lama hidup dan berkembang secara bebas merdeka menjadi terganggu. Aktivitas perdagangan yang menjadi urat nadi bangsa Indonesia itu didominasi oleh kepentingan kolonial. Penderitaan dan kemiskinan kemudian menghinggapi bangsa Indonesia.
Cara Bangsa Eropa Mencapai Tujuan dan Reaksinya Cara Bangsa Eropa Mencapai Tujuan dan Reaksinya Reviewed by Herwandi on Agustus 13, 2019 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.